Minggu, 23 Oktober 2022

QUO VADIS KERK DER HOPPEN

 GEREJA PENGHARAPAN

DARI MANA DAN HENDAK KEMANA ?

(Bagian dua-habis)



Judul diatas adalah sebuah Pertanyaan dan bukanlah sebuah Pernyataan. Tetapi,.....Ah....mengapa engkau bisa berdiri ditengah-tengah "Point Zero" Hollandia Haven (Kota Jayapura sekarang),Secara Monumental sebenarnya engkau menyimpan Secarik Sejarah tentang Tanah dan Bangsa Papua. Hari ini bangunan itu telah tiada....apakah kami harus menangisimu... sedangkan kami belum tau pasti dari mana engkau hadir bagi kami ? Sebenarnya apa yang terjadi denganmu ketika itu ? Bagaimana kami harus mememulai meniti sejarahmu-sedangkan pada dokumen sejarah Zending kami kekurangan catatan tentang cerita tuamu...hari ini engkau telah berusia 60 Tahun. 1962 - 2022. Dan kami akan tetap membuat seritamu abadi untuk dikenang oleh anak-cucu kami.

Itulah de KERK DER HOPPEN adalah nama yang diberikan pada Bangunan Tua;Gereja Pengharapan yang bangunannya telah hilang ditelan Zaman,..dan hanya menyisahkan sebuah  Batu Prasasti,....Ibarat sebuah Permata sekalipun jatuh terbenam didalam lumpur,tetapi ketika ditemukan orang...maka ia tetap menjadi Mutiara",itu lah cerita tuamu-gerejaku..
Inilah yang hendak ditelusuri dalam catatan kecil ini untuk menelusuri sejarah Hadirnya Gereja Pengharapan di Kota Jayapura,pada "Ponit Zero" yang diberi point merah-dan dipindahkan ke lokasi baru "point hijau" pada gambar .

Inilah CATATAN CERITUA TUA DARI BERBAGAI sumber yang dirangkum  :

    Bahwa,Pada 1 Desember 1961,  di kantor Hoofd van Plaatselijk Bestuur (HPB) alias pemerintahan daerah, penduduk berkumpul merayakan pengibaran bendera Papua Barat di samping bendera Belanda. Para pejabat dan ratusan warga berkumpul sejak pukul 08.00 di depan Gedung Nieuw Guinea Raad (NGR) (Gedung Dewan Kesenian;sekarang). Mulai dari anggota-anggota partai politik, adviesraad Hollandia, para kepala distrik, Marcus Kasiepo, Willem Inuri, hingga Gubernur Nugini Belanda (NGR) Pieter Johannes Platteel. Peristiwa ini menjadi berita utama Koran Pengantara edisi 2-9 Desember 1961 dengan tajuk "Bendera Papoea Barat Berkibar". Dan... Delapan Belas hari kemudian.....

   Pada tanggal 19 Desember 1961, Ir. Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando MandalaMayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.  Selanjutnya,...Indonesia mendekati negara-negara seperti IndiaPakistanAustraliaSelandia BaruThailandBritania RayaJerman, dan Prancis agar mereka tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Irian Barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun.

    Akhirnya tibalah pada ; Persetujuan New York

Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York,yang di kenal dengan "Perjanjian New York". Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Dimana Isi dari Persetujuan New York adalah:

·  Belanda akan menyerahkan pemerintahan Irian Barat kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia.

·      Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan.

·      Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian antara Sekretaris Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah.

·     UNTEA akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara Belanda dan Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan.

·    Indonesia, dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi penduduk Irian Barat untuk mengambil keputusan secara bebas melalui

            1.   musyawarah dengan perwakilan penduduk Irian Barat

            2.  penetapan tanggal penentuan pendapat

           3.  perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak penduduk             Papua untuk  tetap bergabung dengan Indonesia; atau memisahkan diri dari                          Indonesia

           4. hak semua penduduk dewasalaki-laki dan perempuan, untuk ikut serta dalam                     penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional                       Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.

 Ditengah-tengah Situasi Politik inilah yang ditulis oleh Pdt.Jan.Mamoribo,di dalam bukunya Ottow dan Geissler- Rasul Irian Barat,Tahun 1971,halaman 23 demikian "tatkala gedung geredja jang besar di Djayapura jang dibangunkan dalam tahun krisis (1962)-konfrontasi melalui bidang diplomatik dan militer antara Republik Indonesia dan Keradjaan Belanda mengenai daerah Irian Barat - bangunan itu mendapat nama :"Geredja Pengharapan".   Dan dalam waktu 3 bulan gedung gereja selesa dikerjakan.  


Maka tepat pada tanggal 8 September 1962, BATU PERTAMA PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA PENGHARAPAN DILETAKAN oleh BERTHA MERKELUN MORKS.

Pelatakan Batu Pertama ini tentu memiliki alasan Politis dan Theologis. Karena berdasarkan isi Perjanjian New York,Belanda sudah memastikan bahwa mereka akan meninggal Tanah Irian Barat. Dan isi Perjanjian itu antara lain adalah :

Selambat-lambatnya pada tanggal 1 Oktokber 1962, pemerintah sementara PBB yaitu UNTEA ( United Nations Temporary Executive Authority ) akan tiba di Irian Barat,  Pemerintah sementara PBB akan memakai tenaga-tenaga Indonesia baik sipil maupun alat-alat keamanan. Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah tiba di Irian Barat tetap  berstatus dibawah kekuasaan pemerintah sementara PBB. Angkatan Perang Belanda berangsur-angsur akan dikembalikan. Pada tanggal 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar disamping bendera PBB.  Pemulangan anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai pada tanggal 1 Mei 1963.  Maka serentak dengan itu pula Jemaat-Jemaat dan Klasis-Klasis berbahasa Belanda pun ditutup- Belanda Meninggalkan Tanah Irian Barat.

Hari ini Jemaat GKI Pengharapan Jayapura telah berusia 60 Tahun sejak 8 September 2022. Quo Vadis Gereja Pengharapan -memulai menulis kembali Cerita Tuanya... TUHAN,kiranya menolong Kami dalam Penulisan Sejarah Berdirinya Gereja Penghapanan dan Tuhan adalah Kepala Gereja itu juga yang akan mempersiapkan "Tangah-Tangan Tuhan" yang tidak kelihatan . "Gereja Pengharapan" adalah Pusat dari dua Utas Tali Sejarah. Karena itu kami akan Membangun kembali Gereja ini,maka melalui Pemerintah Republik Indonesia; Bapak Presiden.Ir.Joko Widodo selaku Kepala Negara  yang setia  mengunjungi Tanah Papua,Bapak Presiden tidak akan meluangkan waktu "sebentar saja" untuk mengunjungi Gereja Kami, karena kami akan Pembangunan Gedung Gereja Yang baru yang sudah 37 Tahun sejak Peletakan  abtu Pertama oleh Gubernur Irian Jaya Bapak. H.Soetran,pada tanggal 26 Oktober 1978. Terima kasih.

Begitulah kata-kata Ds.Isak Samuel Kijne. 

"SELAMAT TANAH YANG DILINGDUNGI TUHAN-HU"

 ....selamatoo Tanahku Niew Guinea. 

" Kukasih Eangkau Tanah yang dengan buahmu...Membayar kerajinan dan Pekerjaanku"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

QUO VADIS KERK DER HOPPEN

  GEREJA PENGHARAPAN DARI MANA DAN HENDAK KEMANA ? (Bagian dua-habis) Judul diatas adalah sebuah Pertanyaan dan bukanlah sebuah Pernyataan. ...