GEREJA PENGHARAPAN
DARI MANA DAN HENDAK KEMANA ?
(Bagian dua-habis)
Bahwa,Pada 1 Desember 1961, di kantor Hoofd van Plaatselijk Bestuur (HPB) alias pemerintahan daerah, penduduk berkumpul merayakan pengibaran bendera Papua Barat di samping bendera Belanda. Para pejabat dan ratusan warga berkumpul sejak pukul 08.00 di depan Gedung Nieuw Guinea Raad (NGR) (Gedung Dewan Kesenian;sekarang). Mulai dari anggota-anggota partai politik, adviesraad Hollandia, para kepala distrik, Marcus Kasiepo, Willem Inuri, hingga Gubernur Nugini Belanda (NGR) Pieter Johannes Platteel. Peristiwa ini menjadi berita utama Koran Pengantara edisi 2-9 Desember 1961 dengan tajuk "Bendera Papoea Barat Berkibar". Dan... Delapan Belas hari kemudian.....
Pada tanggal 19 Desember 1961, Ir. Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Selanjutnya,...Indonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Prancis agar mereka tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Irian Barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun.
Akhirnya tibalah pada ; Persetujuan New York
Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York,yang di kenal dengan "Perjanjian New York". Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Dimana Isi dari Persetujuan New York adalah:
· Belanda akan menyerahkan pemerintahan Irian Barat kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia.
· Bendera
PBB akan dikibarkan selama masa peralihan.
· Pengibaran
bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian antara Sekretaris
Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah.
· UNTEA
akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara Belanda dan
Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan.
· Indonesia,
dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi penduduk Irian Barat untuk
mengambil keputusan secara bebas melalui
1. musyawarah
dengan perwakilan penduduk Irian Barat
2. penetapan
tanggal penentuan pendapat
3. perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak penduduk Papua untuk tetap bergabung dengan Indonesia; atau memisahkan diri dari Indonesia
4. hak semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
Ditengah-tengah Situasi Politik inilah yang ditulis oleh Pdt.Jan.Mamoribo,di dalam bukunya Ottow dan Geissler- Rasul Irian Barat,Tahun 1971,halaman 23 demikian "tatkala gedung geredja jang besar di Djayapura jang dibangunkan dalam tahun krisis (1962)-konfrontasi melalui bidang diplomatik dan militer antara Republik Indonesia dan Keradjaan Belanda mengenai daerah Irian Barat - bangunan itu mendapat nama :"Geredja Pengharapan". Dan dalam waktu 3 bulan gedung gereja selesa dikerjakan.
Maka tepat pada tanggal 8 September 1962, BATU PERTAMA PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA PENGHARAPAN DILETAKAN oleh BERTHA MERKELUN MORKS.
Pelatakan Batu Pertama ini tentu memiliki alasan Politis dan Theologis. Karena berdasarkan isi Perjanjian New York,Belanda sudah memastikan bahwa mereka akan meninggal Tanah Irian Barat. Dan isi Perjanjian itu antara lain adalah :
Selambat-lambatnya pada tanggal 1 Oktokber 1962, pemerintah sementara PBB yaitu UNTEA ( United Nations Temporary Executive Authority ) akan tiba di Irian Barat, Pemerintah sementara PBB akan memakai tenaga-tenaga Indonesia baik sipil maupun alat-alat keamanan. Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah tiba di Irian Barat tetap berstatus dibawah kekuasaan pemerintah sementara PBB. Angkatan Perang Belanda berangsur-angsur akan dikembalikan. Pada tanggal 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar disamping bendera PBB. Pemulangan anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai pada tanggal 1 Mei 1963. Maka serentak dengan itu pula Jemaat-Jemaat dan Klasis-Klasis berbahasa Belanda pun ditutup- Belanda Meninggalkan Tanah Irian Barat.
Hari ini Jemaat GKI Pengharapan Jayapura telah berusia 60 Tahun sejak 8 September 2022. Quo Vadis Gereja Pengharapan -memulai menulis kembali Cerita Tuanya... TUHAN,kiranya menolong Kami dalam Penulisan Sejarah Berdirinya Gereja Penghapanan dan Tuhan adalah Kepala Gereja itu juga yang akan mempersiapkan "Tangah-Tangan Tuhan" yang tidak kelihatan . "Gereja Pengharapan" adalah Pusat dari dua Utas Tali Sejarah. Karena itu kami akan Membangun kembali Gereja ini,maka melalui Pemerintah Republik Indonesia; Bapak Presiden.Ir.Joko Widodo selaku Kepala Negara yang setia mengunjungi Tanah Papua,Bapak Presiden tidak akan meluangkan waktu "sebentar saja" untuk mengunjungi Gereja Kami, karena kami akan Pembangunan Gedung Gereja Yang baru yang sudah 37 Tahun sejak Peletakan abtu Pertama oleh Gubernur Irian Jaya Bapak. H.Soetran,pada tanggal 26 Oktober 1978. Terima kasih.
Begitulah kata-kata Ds.Isak Samuel Kijne.
"SELAMAT TANAH YANG DILINGDUNGI TUHAN-HU"
....selamatoo Tanahku Niew Guinea.
" Kukasih Eangkau Tanah yang dengan buahmu...Membayar kerajinan dan Pekerjaanku"