Jumat, 08 Juni 2018

"KENANG-KENANGAN BAHAGIA"


ENAN BELAS HARI DI PULAU JAWA DAN BALI
MENJELANG PEPERA 1969
(13 Agustus s.d 31 Agustus 1968).

"Kenang-kenangan bahagia" adalah judul sebuah buku yang di susun oleh S.OHEI dengan bantuan T.Dansidan,Soekarno B.A dan Drs.A.Sunarto yang nantinya pada bulan Agustus 2018 usia buku setebal 41 halaman ini akan berusia 50 tahun. Buku yang diberi judul Kenang-kenangan bahagia dimaksudkan oleh Penulis sebagai kenang-kenangan bagi 41 orang Kepala Suku/ Adat/ Kampung dalam kunjungan 16 hari di Pulau Jawa dan Bali yang tidak akan mereka (41 utusan)melupakan perjalanan mereka. Bersama 41 ORANG kepala suku/adat dan kampung dari 8 kabupaten yang diantarkan Saul.Ohei,dkk adalah dalam menghadiri HUT RI ke 32 tanggal 17 Agustus 1968 di Istana Merdeka Jakarta. Tentu sekali bahwa perjalanan ini mengawali PEPERA Tahun 1969, yang sampai saat ini generasi muda Papua menganggap bahwa pelaksanaan Pepera tahun 1969 adalah cacat dan merupakan upaya Penjajahan Indonesia terhadap bangsa Papua yang sarat dengan manipulasi karena dalam prosesnya, pelaksanaan Pepera 1969 hanya diwakili oleh  1.025 orang yang sebelumnya sudah dikarantina dan cuma 175 orang yang memberikan hak suaranya dari 809.337 orang Papua yang memiliki hak suara. Inilah mengapa "Dialog Papua-Jakarta dalam Pelurusan Sejarah Integrasi" dianggap begitu penting untuk terus diperjuangkan. Dengan demikian maka kisah perjalanan ke 41 Orang perwakilan dari 8 Kabupaten di Provinsi Irian Barat dapat memberikan sedikit gambaran apa sebenarnya yang terjadi.
Berikut kisah perjalananmereka dalam catatan buku tersebut berikut ini.

Kisah perjalanan ke-41 orang "pilihan" dari 8 Kabupaten selama 16 hari di Pulau Jawa dan Bali menjelang PEPERA athun 1969 terbagi dalam 3  kunjungan dan pertemuan sebagai berikut:
1. Kunjungan untuk mengikuti Upacara HUT RI ke 32 pada tanggal 17 Agustus 1968.
2. Kunjungan untuk menghadap pada Pemimpin Pemerintah Pusat di Jakarta.
3.Peninjauan Proyek-proyek di pulau Jawa dan bali.


Berikut ringkasan hal-hal yang terjadi dalam kunjungan tersebut pada halaman 8 s.d 14 sebagai berikut :

1. Menghadiri HUT RI ke-32 tanggal 17 Agustus 1968.
  • Pada tanggal 16 Agustus 1968,rombongan menghadiri Sidang Paripurna DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) di Senayan,untuk mendengarkan Pidato Presiden RI Suharto.Selama 3 Jam mendengarkan Pidato Presiden mereka diberikan tempat khusus di Sidang Paripurna tersebut.
  • Pada tanggal 17 Agustus 1968,rombongan mendapat kehormatan dan disiapkan tempat duduk didepan istana Merdeka dalam menghadiri upacara tersebut.
  • Pada tanggal 18 Agustus 1968,rombongan menghadiri Appel Besar Gerakan Pramuka pada pukul 16.00 Wib. Tiga jam kemudian tepatnya pada pukul 19.00 seluruh rombongan bertemu dengan Presiden Suharto di Istana Negara. Beberapa hal yang dilaksanakan dalam pertemuan ini adalah:
    • Mendengarkan Amanat Presiden.
    • Presiden Menyerahkan bendera Merah Putih dan Gambar Presiden RI (Suharto),dengan kata-kata bahwa bendera melambangkan bangsa dan negara RI dan gambar Suharto/Presiden melambangkan kesatuan Pemerintahan.
    • Juga memberikan Gong kepada masing-masing Kepala suku/Adat/Kampung dalam rombongan tersebut,sebagai tanda dimulainya pekerjaan besar diwaktu yang akan datang.
  • Pertemua di Istana Negara dengan Presiden Suharto berakhir pada pukul 22.30 Wib. Dan sebelum seluruh rombongan ini kembali di penginapan wisma Utama dan wisma Hasta di Senayan,rombongan menyampaikan Pernyataan kebulatan tekad yang ditanda tangani oleh wakil-wakil dari 8 kabupaten  propinsi Irian Barat kepada Presiden,yang ketika itu dibacakan oleh Kl.Kafiar dari Manokwari. Bersamaan dengan itu Kepala Suku Abraham Itlai dari Jayawijaya/wamena menyerahkan Kapak Batu dan Busur lengkap dengan seikat anak panah. (Isi pernyataan rombongan akan disampaikan secara tersendiri).
2. Menghadap Para Pemimpin Pemerintahan di Jakarta 
    Tidak disebutkan Pemimpin pemerintahan siapa yang mereka kunjungi atau      bertemu,tatepi beberapa hal yang terjadi dalam  pertemuan itu adalah              sebagai berikut :
  • Mengharapkan Pembangunan yang cepat dilaksanakan di Irian Barat.
  • Para Pemipin Pemerintahan menjelaskan tentang makna Bhineka Tunggal Ika.
  • Pelaksanaan Pepera bukan berarti Irian Barat di Pisahkan dari Republik Indonesia,tetapi Pepera dilakukan karena Indonesia ingin memenuhi kewajiban Internasional yaitu Perjanjian New-York. Dikatakan bahawa Indonesia sendiri yang laksanakan Pepera,dan Belanda tidak boleh ikut campur sedangkan PBB hanya penasihat saja.
  • Diakhir Pertemuan itu,terutama dengan Menteri Dalam Negeri masing-masing rombongan diberikan Radio dan sebuah tas berisi alat-alat pertukangan.
3. Peninjauan Proyek-proyek di Jawa dan Bali.
  • Mengunjungi pabrik Tanggerang/Jawa.
    • Mengunjungi pabrik topi dan masing-masing diberikan topi.
    • Mengunjunghi pabrik batu-bata,genteng,karton/kardus.
    • Mengunjungi cara bertanam padi sawah sampai menjadi beras.
  • Mungunjungi Bali.
    • Melihat kampung dan persawahan di Bali.
    • Dengan melihat banyaknya penduduk rombongan menyatakan bahwa kalau banyak penduduk dapat memajukan daerah/kampung.
    • Dengan kunjungan ini maka Rombongan mengharapkan Transmigrasi,terutama wakil-wakil dari Sukarnapura/Jayapura,Manokwari,Sorong,Fak-fak,Merauke dan Nabire.
Catatan akhir perjalanan di Biak:
Dari kesimpulan perjalanan yang dimuat dalam buku "Kenang-kenangan bahagia" disebutkan bahwa rombongan sempat mengajukan permohonan kepada Menteri Dalam Negeri dan Direktur Irian Barat agar perjalanan kembali dari Jakarta ke Irian Barat/papua di tunda karena masih ingan lama di Jakarta untuk mengunjungi proyek lain di Jakarta. Akhirnya rombongan 41 orang ini kebali dari Jakarta dan mendarat di Biak pada tanggal 31 Agustus 1968. Ketika itu mereka dijamu dikediaman Bupati Biak Bapak Soedjarwo Tjondronegoro SH,dan dalam ramah tamah itu mereka menyatakan bahwa :(sesuai kesimpulan buka)
  1. Mereka bertekad bulat bersatu dengan Republik Indonesia untuk selama-lamanya,sekalipun Pepera akan dilaksanakan juga tahun 1969 nanti.
  2. Mereka bertekad bulat mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945,yang berwilayah dari Merauke sampa Sabang.
  3. Pengalaman-pengalaman di Jakarta dan daerah-daerah lain selama peninjauan itu,akan diambil contoh untuk membangun daerah masing-masing.
  4. Sekembalinya di kampung masing-masing,mereka berjanji akan memberikan penerangan-penerangan kepada rakyatnya,yang selamana ini telah mendapat peneranga-penerangan salah dari orang-orang yang tdak bertanggung jawab.
 >>>>>>>>>>>>>>> bersambung
  1. Siapakah ke 41 orang wakil-wakil dari 8 Kabupaten yang ke Jakarta tahun 1968 setahun sebelum Pepera?
  2. Apa isi pernyataan sikap dari 41 orang tersebut?
  3. Apa isi pesan-pesan Presiden Suharto kepada ke 41 orang tersebut?
  4. Apa yang disampaikan oleh Panitia khusus mengenai persoalan Irian Barat?
Follow me AkuPapua:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

QUO VADIS KERK DER HOPPEN

  GEREJA PENGHARAPAN DARI MANA DAN HENDAK KEMANA ? (Bagian dua-habis) Judul diatas adalah sebuah Pertanyaan dan bukanlah sebuah Pernyataan. ...